Translate

Wednesday, June 26, 2013

MUSA RUMPEDAI : Sang Penyelamat Penyu dari Pulau Yapen

Musa Rumpedai atau yang lebih akrab dipanggi Tate Musa adalah seorang kakek yang telah berusia lanjut namun selalu bersemangat kalau diajak bicara soal penyu. Tidak heran memang karena Kakek Musa ini sudah begitu lama hidup bersama penyu sejak tahun 1970-an di Pantai Inggrisau, Desa Aisau, Kecamatan Rainbawi, Kabupaten Yapen, Provinsi Papua. Pria sederhana kelahiran Korombobi (Kabupaten Yapen), 5 Maret 1936, ini sehari-harinya  bekerja sebagai petani serabutan yang untuk kebutuhan makan sehari-hari dibantu oleh anaknya yang tinggal di kampung sebelah yang jaraknya berkilo-kilometer.


Tinggal di rumah panggung yang sederhana, terbuat dari papan kayu dan beratapkan seng dengan ukuran kurang lebih  5 x 6 m2 , Kekek Musa ini dalam aktivitas kesehariannya hanya ditemani istrinya, Salina Ayomi, yang setia bersamanya. Rumah petak tempat tinggal kekak Musa ini bersebelahan langsung dengan tempat panangkaran penyu, yaitu tempat telur-telur penyu menetas di sarang buatan dan tempat perawatan bayi penyu yang disebut tukik . Tanpa ada tetangga atau penduduk lain yang tinggal di daerah hamparan pantai berbukit yang sunyi, kesepian Musa dan istrinya  dihibur oleh suara deburan ombak laut dan kicauan burung-burung yang turut meramaikan tempat yang masih alami itu. Akses menuju lokasi bisa ditempuh melalui Kota Serui dengan menggunakan mobil dalam waktu ± 2 jam dan disambung lagi dengan menggunakan speed boat dalam waktu ± 30 menit. Rute lain menuju ke lokasi ini juga bisa ditempuh melalui Kota Biak dengan menggunakan speed boat dalam waktu ± 1,5 jam. 

Musa bekerja seorang diri selama bertahun-tahun tanpa mengharapkan imbalan dari siapapun dalam kegiatan penyelamatan penyu di Pantai Inggrisau. Daerah ini pernah dilanda tsunami pada tahun 1996, sehingga memaksa penduduk lainnya meninggalkan tempat ini. Namun, kejadian tsunami tersebut tidak membuat surut niat Musa untuk tetap hidup bersama penyu. Meskipun telah berusia 87 tahun, Kakek Musa tidak mengisyaratkan ingin berhenti  dari aktivitas menangkarkan penyu. Sudah lebih dari 35 tahun kakek renta ini mengabdi untuk lingkungan dengan cara membantu penyelamatan penyu.  

Sebenarnya sudah sejak tahun 1970-an Musa telah berurusan dengan upaya pelestarian penyu, tetapi kegiatannya dalam penyelamatan penyu ini baru dikenal masyarakat umum sejak awal tahun 2000-an. Ini karena lokasi kegiatan penyelamatan penyu oleh Musa di Pantai Inggrisau ini merupakan daerah yang terpencil serta terisolir dan tidak mudah untuk menjangkau tempat ini, kecuali dengan perahu atau speedboat.

Pantai Inggrisau adalah saksi bisu ketika Musa dalam hari-harinya menghabiskan masa hidupnya untuk kegiatan penyelamatan penyu. Musa tidak mengenal waktu dalam melakukan kegiatan penyelamatan penyu. Setiap malam hingga menjelang subuh Musa berjalan kaki 3-5 km mencari jejak-jejak penyu  yang bertelur di sepanjang pantai Inggirisau untuk mengumpulkan telur-telur penyu tersebut dan kemudian membawa telur-telur penyu ini lokasi penangkaran. Adapun pada siang hari Musa banyak disibukkan dengan kegiatan pembuatan lubang-lubang sarang telur penyu dan selanjutnya memindahkan telur-telur penyu yang menetas ke tempat pemeliharaan sementara. Selain itu Musa juga harus memberi makan dan merawat anakan-anakan penyu dan melepaskannya ke laut bila sudah siap.

                                                          Musa saat menjelaskan telur yang dipeliharanya
Kegiatan penyelamatan penyu oleh Musa adalah atas prakarsa sendiri, terutama karena dilandasi oleh suatu cerita legenda setempat yang dituturkan oleh ayah Musa sewaktu ia masih kecil. Niat Musa menyelamatkan penyu ini karena ia khawatir akan keselamatan telur-telur penyu yang memiliki banyak pemangsa atau musuh (hewan dan maunusia) dan ia menganggap bahwa penyu adalah sebagai bagian dari anggota keluarganya yang harus dilindungi.

Musa meyakini, penyu-penyu yang datang ke Pantai Inggrisau, adalah satwa sakral yang dulu menyelamatkan nenek moyang Suku Wabo, suku Musa. Saat masih berumur tujuh tahun, Aminadab Rumpedai (ayah Musa) membawa Musa pertama kali ke Inggrisau melihat batu hitam di pertengahan garis pantai. Batu hitam yang besarnya nyaris sebesar penyu belimbing raksasa dengan panjang dua meteran itu dianggap sebagai penjelmaan dari seorang nenek yang dibawa oleh penyu belimbing ke laut.

Konon ceritanya, pada jaman dahulu ada seorang nenek-nenek dengan cucunya menemukan seekor penyu belimbing yang sedang bertelur, lalu mereka mendekati penyu yang sedang bertelur tersebut. Ketika telur terakhir telah dikeluarkan oleh penyu belimbing, nenek ini kemudian memeriksa tempat keluarnya telur dari tubuh penyu untuk melihat apakah masih ada telur lagi yang akan dikeluarkan oleh penyu itu. Namun ternyata tangan si nenek tersangkut di tubuh penyu dan terseret oleh penyu belimbing ke laut. Saat akan tenggelam, nenek mengangkat tangannya dan menunjukkan lima jari sebanyak dua kali, sang cucu yang melihat kemudian menganggap bahwa 10 hari lagi  neneknya akan kembali ke pantai. Setelah 10 hari mereka melihat penyu belimbing yang cukup besar kembali ke pantai bersama nenek mereka, tapi nenek itu berubah menjadi batu. Batu tersebut masih ada hingga kini, dan diberi nama Imbeuri. Imbeuri menjadi tempat keramat di Pantai Inggrisau yang tidak boleh di injak. Penduduk suku Wabo, suku yang mendiami Pantai Inggrisau berkeyakinan bahwa batu tersebut adalah jelmaan nenek moyang mereka.

                                                                                     tukik (anak penyu) yang berhasil ditetaskan
Menurut cerita dari Kakek Musa apabila batu tersebut tertutup pasir laut, maka tidak akan ada penyu yang mau datang ke pantai Inggrisau untuk bertelur, sehingga Musa pun akan datang dan bicara pada Imbeuri,  "Nenek, jangan tutup, bagus kalau bangkit", maka ombak akan datang menyapu pasir dan batu akan terlihat kembali. Saat melepaskan tukik ke laut musa akan mengucapkan Ura, urasosorare, unaura uda kasoo romarei wencu yang artinya pergi, pergi ke laut, tinggal di laut lepas sampai kawin dulu, baru ke darat. Musa Percaya pada saatnya nanti penyu-penyu ini akan kembali ke pantai Inggisau untuk bertelur

Meskipun hanya berpendidikan Sekolah Rakyat di zaman kolonial Belanda (atau setingkat Sekolah Dasar), Musa telah beberapa kali diundang di forum-forum penting sebagai narasumber untuk berbicara di hadapan khalayak terkait kegiatan penyelamatan penyu yang dia lakukan. Pengorbanan Musa dalam kegiatan penyelamatan penyu  dipandang mampu menginspirasi bagi banyak pihak, dan karena itu ia diundang dalam berbagai acara penting nasional,  antara lain Musa tampil di acara KICK ANDY di Metro TV pada November 2012 dan juga diundang khusus dalam acara Konferensi Nasional Pengelolaan Pesisir dan Laut di Mataram pada Oktober 2012.

Penghargaan yang telah diterima Musa antara lain :
-          Sertifikat Penghargaan dari WWF
-    Trofi Penghargaan dari Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2012
-          Trofi Penghargaan KICK ANDY Hero Tahun 2013
-          Trofi Penghargaan Kalpataru 2013 dari Presiden Republik Indonesia

Aktivitas yang dilakukan oleh Musa dalam upaya penyelamatan penyu telah memberikan inspirasi bagi banyak orang akan makna nilai-nilai pengorbanan dan arti penting lingkungan hidup di muka bumi. Musa tidak segan-segan untuk berbagi pengatahuan dan pengalaman bagi pihak manapun terkait kegiatan penyelamatan penyu. Dedikasi Musa dalam upaya penyelamatan penyu seorang diri di tempat yang relatif terisolasi telah menggugah banyak pihak untuk datang mengunjungi tempat kegiatan pelestarian penyu di Pantai Inggrisau. Penampilan Musa di berbagai kesempatan, baik tingkat lokal maupun nasional, telah membawa nama baik daerahnya, dan Musa pun dikenal sebagai tokoh pelestari penyu. Bahkan, Dusun Inggrisau yang lokasinya sangat terpencil dan terisolasi pun menjadi terkenal dan adakalanya dikunjungi oleh banyak orang, termasuk Menteri Negara Lingkungan Hidup Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA.

Hasilnya Musa Rumpedai berhasil mendapatkan penghargaan dari Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, berupa Penghargaan Kalpataru bulan Juni 2013 yang lalu. Semoga apa yang sudah dilakukan oleh Musa Rumpedai menjadi inspirator bagi para masyarakat lainnya untuk lebih peduli dengan Lingkungan.

Best Regard, Admin

Monday, June 24, 2013

Teknologi Ramah Lingkungan

Teknologi Lingkungan adalah ilmu yang mempelajari segala aspek lingkungan. Teknologi Lingkungan umumnya mempelajari lingkungan seperti kimia, penghijauan, polusi, alam dan lain lain.
Teknologi ini diterapkan sejak revolusi industri hingga sekarang berkembang dengan pesat seiring dengan perubahan zaman. istilah ini dapat digunakan untuk menggambarkan kelas elektronik yang dapat mempromosikan pengelolaan sumber daya.

Contoh pemanfaatan teknologi Lingkungan adalah, pembuatan Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM), apalagi di masa sekarang, harga BBM yang sudah mencapai tingkat tertinggi dalam sejarah Indonesia, tentunya pemanfaatan teknologi lingkungan ini dapat menjadi sebuah alternatif dalam pengelolaan limbah sampah plastik.

Pada Dasarnya penggunaan teknologi ramah lingkungan telah lama ada dan dikenal namun penggunaannya belum bisa dimaksimalkan pada berbagai bidang. selain itu, hingga saat ini masyarakat cenderung lebih memilih menggunakan teknologi yang pemakaiannya lebih mudah dan cepat walaupun teknologi yang dipilih itu tidak ramah lingkungan.

Penggunaan teknologi ramah lingkungan sebagai upaya pemeliharaan bumi adalah mudah dilakukan. Kita dapat memulainya dari hal-hal yang kecil, semisalnya pada bidang pertanian. Pada bidang pertanian kita dapat menggunakan pupuk kompos dan kandang untuk mengurangi pemakaian pestisida maupun pupuk kimia yang berlebihan. 

Teknologi ramah lingkungan muncul karena pada saat ini kesadaran dan kepedulian manusia terhadap keberadaan lingkungan dama bumi sudah mulai meningkat. Dahulu, dalam penggunaan teknologi manusia seringkali lebih mengutamakan nilai ekonomi. Teknologi yang memiliki nharga murah selalu menjadi pilihan, walaupun teknologi itu jauh dari kata ramah lingkungan.

Diperlukan adanya sosialisasi untuk mengajak masyarakat sekarang, masyarakat yang sudah terbiasa hidup praktis dengan gaya hidup yang dipenuhi hal-hal yang canggih. Dengan segenap upaya, masyarakat harus disadarkan bahwa sudah saatnya kita lebih peduli terhadap lingkungan. Penggunaan teknologi ramah lingkungan di Indonesia masih dalam proses perkembangan. masyarakat sudah mulai mengenal teknologi ramah lingkungan namun penggunaannya masih belum efektif dan efisien. Hal demikian dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalahan kurangnya keberadaan teknologi ramah lingkungan yang disebabkan masih sedikitnya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang teknologi ramah lingkungan. Selain itu juga faktor ekonomi padamasyarakat Indonesia, Masyarakat cenderung lebih memilih produk yang murah dan mudah dijangkau.

Macam-Macam Teknologi Ramah Lingkungan


  1. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai energi pembangkit listrik. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran ternak, kotoran manusia, limbah domestik maupun limbah organik.
  2. Biofuel adalah setiap bahan bakar baik berupa bentuk padat, cairan atau pun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah idustri, komersial, domestik atau pertanian.

Penggunaan Teknologi ramah lingkugan dapat kita mulai dari hal-hal kecil, misalnya

  1. Menggunakan Listrik dan Air Seperlunya
  2. Menggunakan AC dan Mesin Pengawet makanan yang tidak menggunakan CFC.
  3. Mengganti penggunaan barang-barang rumah tangga menjadi lebih sederhana, seperti mengganti vacum cleaner dengan sapu Lidi, mengganti blender dengan ulekan, dsb.
  4. Menggunakan pestisida organik dan kerbau pembajak sawah untuk menggantikan traktor.
  5. Mengoptimalkan program dari pemerintah yaitu car free day, dalam hal ini membiasakan berjalan kaki ataupun bersepeda sebagai ganti dari penggunaan kendaraan bermotor, dan mengurangi konsumsi BBM.
  6. Mengurangi penggunaan kertas dan Tisue.


Dengan demikian seiring dengan kondisi bumi kita yang semakin tua, sudah seharusnya kita sebagai manusia ikut menjaga dan kembali nmenghijauakan bumi dan menggunakan kemampuan berpikirnya untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Salah satu upayanya adalah dengan penggunaan teknologi ramah lingkungan. 

Thursday, June 20, 2013

Sampah dan Pengelolaannya


Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia. Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju, sampah selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit sampah seperti yang sering kita lihat.

Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya. Yaitu dengan cara mengolah sampah agar bermanfaat seperti kompos.
  
Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos).
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.




 Jenis-Jenis Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan, Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
- Sampah organik basah.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air  yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
- Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.


Prinsip Pengolahan Sampah
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
- Mengurangi (bahasa Inggris: reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
- Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
- Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
- Mengganti (bahasa Inggris: replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

Pengolahan Sampah
Metode-Metode yang biasanya sering digunakan dalam pengelolaan sampah yaitu sebagai berikut :

1. Pembuangan terbuka (Open Dumping)
Diantara beberapa cara pengelolaan sampah yang akan dijabarkan, pembuangan terbuka merupakan pengelolaan sampah yang paling sederhana, yaitu dengan cara mengumpulkan sampah yang ada pada suatu tempat yang telah disiapkan. Kelebihan serta kekurangan dari cara pengelolaan sampah dengan cara pembuangan terbuka adalah sebagai berikut :
Kelebihan
Investasi awal serta biaya operasional yang relatif rendah;
Tidak membutuhkan peranan teknologi yang tinggi;
Dapat menampung berapapun sampah yang ada tergantung dari luasan lahan;
Tidak perlu mengumpulkan secara terpisah;
Tempat pembuangan sampahnya masih dapat digunakan untuk kepentingan lainnya misalnya lapangan, tempat parkir dan sebagainya.
Kekurangan
Menimbulkan pencemaran lingkungan yang cukup besar;
Pilihan lokasi pembuangannya harus jauh dari kawasan permukiman serta kegiatan-kegiatan perkotaan lainnya yang berakibat tingginya biaya transportasi yang perlu dikeluarkan;
Kebutuhan akan lahan yang cukup besar;
Lokasi pembuangan sampah yang digunakan dimanfaatkan lebih lama disebabkan sampah yang ada tidak dipadatkan terlebih dahulu.

2. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)
Berbeda dengan pembuangan terbuka, cara pengelolaan sampah penimbunan saniter lebih sedikit mengakibatkan tercemarnya lingkungan dikarenakan sampah yang ada dipadatkan terlebih dahulu sebelum ditimbun dengan tanah. Kelebihan dan kekurangan pengelolaan sampah dengan cara penimbunan saniter adalah sebagai berikut :
Kelebihan
Tidak membutuhkan peranan teknologi yang tinggi;
 Investasi awal serta biaya operasional yang relatif rendah;
Kekurangan
Pilihan lokasi pembuangannya harus jauh dari kawasan permukiman serta kegiatan-kegiatan perkotaan lainnya yang berakibat tingginya biaya transportasi yang perlu dikeluarkan;
Seperti pembuangan terbuka, pengelolaan dengan cara ini juga memerlukan lahan yang luas;
Pencemaran terhadap air tanah jauh lebih besar dibandingkan dengan pembuangan terbuka, oleh karena itu pemilihan lokasi sedapat mungkin yang jauh dari kemungkinan mencemari air tanah;

3. Pembuatan Kompos (Composting)
Pembuatan kompos dapat dikatakan juga dengan "daur ulang", akan tetapi penggunaannya sudah berubah dari kebutuhan sebelumnya menjadi pupuk untuk tanaman. Kelebihan dan kekurangan pengelolaan sampah dengan cara pembuatan kompos adalah sebagai berikut :
Kelebihan
Penggunaan lahan yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan 2 metode diatas;
Setelah selesai dikelola, hasilnya dapat digunakan untuk memupuki tanaman;
Cara yang relatif murah untuk jumlah sampah yang besar akan tetapi dengan fluktuasi sampah yang kecil
Kekurangan
Memerlukan biaya investasi awal yang jauh lebih besar dibandingkan dengan 2 metode sebelumnya;
Memerlukan biaya operasional yang relatif tinggi, dan juga dapat menjadi lebih tinggi lagi apabila sampah yang diolah kapasitasnya lebih kecil dari kapasitas instalasi pembuatan kompos;
Bahan yang tidak dapat diolah menjadi pupuk kompos, terpaksa harus menjadi sampah lagi;
Dari poin ke-3 dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis sampah dapat dikelola;
Untuk kebutuhan jangka panjang, cara ini sangat tidak efektif karena pada masa yang akan datang, jumlah sampah yang tidak dapat diolah menjadi pupuk kompos menjadi lebih besar;

4. Pemanfaatan Ulang atau Daur Ulang (Recycling)
Cara ini digunakan agar membuat sampah yang ada menjadi memiliki nilai ekonomis setelah dikelola. Sampah yang biasanya dikelola dengan cara daur ulang adalah sampah-sampah anorganik. Kelebihan dan kekurangan pengelolaan sampah dengan cara daur ulang adalah sebagai berikut :
Kelebihan
Tidak membutuhkan lahan yang besar;
Bahan yang telah didaur ulang dapat digunakan lagi;
Metode ini memberikan kesempatan kerja bagi para pemulung.
 Kekurangan
Memerlukan biaya investasi yang besar serta biaya operasional yang juga lumayan tinggi;
Pasokan sampah harus memiliki jumlah yang besar dan selalu konstan;
Tidak semua jenis sampah dapat di daur ulang;
Sampah yang tidak dapat di daur ulang terpaksa tetap menjadi sampah dan harus dikelola dengan cara yang lainnya atau dibuang;
Tidak cocok untuk kebutuhan jangka panjang, karena jumlah sampah yang tidak dapat di daur ulang akan bertambah banyak.
Dari beberapa cara pengelolaan sampah tersebut, perlu dipikirkan secara matang kelebihan dan kekurangannya sebelum diaplikasikan ke dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah, karena setiap cara pengelolaan sampah tergantung dari beberapa faktor yang dipertimbangkan, entah itu dari sisi biaya, ketersediaan lahan dan sebagainya. 

Dalam pengelolaan sampah, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi. Faktor - Faktor yang dapat mempengaruhi pengelolaan sampah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Distribusi serta kepadatan penduduk;
  2. Rencana penggunaan lahan (land use);
  3. Kebiasaan masyarakat setempat;
  4. Karakteristik lingkungan fisik, sosial serta ekonomi;
  5. Karakteristik dari sampah tersebut;
  6. Kebijakan atau peraturan dari wilayah setempat;
  7. Ketersediaan sarana seperti sarana pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan maupun sarana pembuangan;
  8. Lokasi tempat pembuangan akhir;
  9. Ketersediaan dana;
  10. Rencana tata ruang wilayah setempat serta pengembangan kota;
  11. Klimatologi.

Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk penanganan sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur ke tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran hewan, sisa makanan, dan lain sebagainya, semuanya akan mengalami proses dekomposisi kemudian hancur menjadi seperti tanah berwarna coklat-kehitaman. Wujudnya semula tidak dikenal lagi. Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).



Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pembenah tanah.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa. Tercatat juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia dan kekaisaran China, kompos dan teknologi pengomposan sudah berkembang cukup pesat.
Namun demikian, perkembangan teknologi industri telah menciptakan ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia buatan pabrik sehingga membuat orang melupakan kompos. Padahal kompos memiliki keunggulan-keunggulan lain yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu kompos mampu: • Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara. • Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama dan mencegah terjadinya kekeringan pada tanah.• Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara. • Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah seperti cacing dan mikroba tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.



Kelebihan Mengolah Sampah Organik
Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga.
- Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
- Mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat  tinggal.
- Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
- Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir  (TPA).
- Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
- Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.

Kekurangan Mengolah Sampah Organik
Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan sebagai penyubur tanah. Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara relatif lama diserap tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam skala besar. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan hasil-hasil pertanian diperlukan pupuk buatan.

Jadi buat lingkungan anda lebih bermanfaat dengan segala potensi yang ada meskipun hanya sampah yang dapat dikatakan sebagai barang tak berguna

Regard... Admin

Monday, June 17, 2013

Peresmian Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) Papua

Pusat Pengelolaan Ekoregion Papua (PPE Papua) mulai diresmikan tanggal 11 Desember 2012, Peresmian dihadiri langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup Prof.Dr. Balthasar kambuaya, MBA, peresmian PPE Papua sendiri ditandai dengan pembunyian Sirine oleh Menteri Lingkungan hidup, dan pemotongan pita di depan pintu Kantor oleh Ibu Yuliana kambuaya.

Pada Saat Peresmian PPE Papua, Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar kambuaya, MBA menyatakan "Pusat Pengelolaan Ekoregion Papua dibentuk sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Pulau Papua yang lebih optimal. Terbentuknya kelembagaan lingkungan hidup wilayah yang strategis ini berarti akan mempercepat peningkatan kapasitas lembaga-lembaga lingkungan hidup daerah di Papua yang dapat mendorong pemerintah daerah pelaksanaan pengawasan kegiatan dan atau usaha di papua agar selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.


Selain peresmian PPE Papua terdapat pula berbagai rangkaian kegiatan seperti Seminar, Pelatihan dan Penanaman Pohon. Seminar Ekoregion Papua diselenggarakan oleh Badan Pengendalian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BPSDALH) Provinsi Papua di Biak tanggal 10 Desember 2012 terkait informasi mengenai ekosistem Papua, pengelolaan pariwisata, keanekaragaman hayati dan konservasi terumbu karang. Pelatihan Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk aparat daerah yang diselenggarakan oleh Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan peningkatan Kapasitas KLH pada tanggal 12 Desember 2012 di kantor PPE Papua. Menteri LH berkesempatan pula melakukan pencanangan PHON (Program Infrastruktur Hijau PPE Sumapapua tahun 2012) di Pantai Wari, Biak Utara bekerja sama dengan Yayasan Rumsram Biak.

Untuk Info Lebih lanjut  dapat menghubungi kantor PPE Papua 
Telp/fax: 0981 21347